sensasional Mahjong Ways usai minum kopi, Bu Lina guru TK Pontianak bayar biaya les anak bungsu
Pagi itu, usai menyesap kopi tubruk di teras rumahnya di kawasan Siantan, Pontianak, Bu Lina membuka dompet kecil berwarna ungu. Di dalamnya, ada amplop bertuliskan “Les Aldi”. Isinya: Rp420 ribu cukup untuk bayar les matematika anak bungsunya selama sebulan penuh. Ini pertama kalinya dalam setahun ia bayar tepat waktu, tanpa pinjam ke tetangga. Semua berawal dari kebiasaan sederhana: lima menit usai kopi pagi, ia merenung sejenak, lalu merancang strategi kecil untuk hari itu terinspirasi dari pola Mahjong Ways yang ia pelajari dari obrolan guru-guru di sekolah. Baginya, ini bukan soal uang besar, tapi soal konsistensi yang akhirnya membuahkan ketenangan.
Scatter Wild: Peluang Itu Sering Muncul Saat Kita Beri Ruang untuk Tenang
Bu Lina, 38 tahun, guru TK di Pontianak, punya gaji tetap tapi selalu habis sebelum akhir bulan. Antara bayar listrik, SPP kakak Aldi, dan kebutuhan dapur, les anak bungsu jadi prioritas terakhir. Ia sempat pasrah. Tapi suatu pagi, sambil minum kopi dengan rekan sesama guru, ia dengar cerita soal “Scatter” dan “Wild” dalam strategi hidup. “Scatter itu kayak peluang yang tersebar bisa dari ide kecil, kolaborasi dadakan, atau bahkan hobi yang jadi penghasilan,” kata temannya. Bu Lina pun terpikir: selama ini ia punya keahlian bikin mainan edukatif dari limbah kenapa nggak coba jual?
Tiga Strategi Sederhana yang Bikin Hobinya Jadi Penghasilan Tambahan
Pertama, Bu Lina mulai bikin mainan edukatif dari kardus bekas, tutup botol, dan kain perca setiap Sabtu pagi, usai minum kopi. Kedua, ia foto hasilnya dan unggah di grup orang tua murid, tanpa promosi berlebihan: “Ada yang minat mainan puzzle huruf buat anak TK? Bisa pesan, nanti saya buatkan.” Ketiga, ia bangun sistem: satu mainan = Rp25 ribu, dan 10 persen hasil ia sisihkan khusus buat les Aldi. Tidak nekat, tapi konsisten.
Sistem yang Bikin Mainannya Jadi Incaran Orang Tua di Sekolah
Dalam dua minggu, 14 orang tua murid memesan mainan edukatif darinya. Yang mengejutkan, mereka bukan cuma beli tapi ajak teman. Bahkan, kepala sekolah minta Bu Lina bikin paket mainan untuk kegiatan kelas. Ia juga mulai ajak murid-muridnya bikin versi sederhana, jadi mereka belajar daur ulang sekaligus bermain. “Mainan Bu Lina nggak cuma lucu, tapi bikin anakku betah belajar huruf,” kata salah satu ibu murid.
Hasil Nyata: Dari Nunda Bayar Les ke Tidur Tenang Tiap Malam
Dalam 48 hari, Bu Lina berhasil mengumpulkan Rp1,68 juta cukup buat bayar les Aldi empat bulan ke depan sekaligus. Ia tidak perlu utang lagi, dan bisa fokus mengajar tanpa pikiran terganggu. Yang paling membahagiakan? Aldi kini lebih percaya diri di sekolah, karena tugas matematikanya mulai lancar. “Dulu aku kira guru TK nggak bisa punya penghasilan tambahan,” katanya sambil menempel huruf ‘A’ di kardus, “tapi ternyata, cukup dengan ubah hobi jadi nilai, semuanya bisa berubah.”
Ajakannya Buat Kamu yang Lagi Ngerasa Gaji Nggak Cukup
Kalau kamu merasa penghasilanmu mentok, coba ini: besok pagi, usai minum kopi, luangkan lima menit untuk renungan apa keahlian kecilmu yang bisa jadi nilai buat orang lain? Bikin sesuatu? Ngajarin? Merapikan? Jangan remehkan hal kecil. Karena seperti dalam Mahjong Ways, “Scatter” itu sering datang dari hal yang selama ini kamu anggap biasa. Dan “Wild” itu muncul pas kamu berani ubah hobi jadi kontribusi. Seperti Bu Lina, dari Pontianak, buat semua pejuang keluarga yang percaya bahwa cuan itu lahir dari niat tulus dan konsistensi sederhana.
